Gabung Yuk,
MyMisteri Leony Li - Artikel horor kali ini saya
dapatkan dari pengalaman seorang karyawan pabrik rotan didaerah Tegal wangi,
Cirebon, ketika saya sedang inspect mebel rotan dipabrik tersbut. Namanya bu Ja’i
tinggal didaerah Cangkring-Cirebon. Ceritanya begini.
Waktu itu pas bulan
puasa tahun 2011, Pabrik rotan tempat bu Ja’i bekerja rencananya mau
melemburkan karyawannya karena barang-barang harus segera jadi dan akan segera
loading kontener malam itu juga.
Kejadiannya pas hari
Kamis malam Jum’at kliwon memasuki waktu buka puasa, semua karyawan berkumpul
untuk menikmati berbuka puasa bersama. Disela-sela acara buka puasa, sipemilik
pabrik sebut saja namanya buhaji memberitahukan kepada karyawannya bila akan
ada lembur dan pulangnya semua karyawan akan diantar dengan kendaraan.
Hubungan antara pemilik
pabrik dan karyawan sudah sangat akrab seperti layaknya seorang teman. Dan
salah satu karyawannya yang bernama bu Ja’I nyeletuk dalam bahasa Cirebon.
"Halah..pan dianter
nganggo apo? Dianter nganggo katil?" (Boleh.. mau diantar pakai apa? Mau
diantar pakai keranda mayat?) dan semua orangpun pada ketawa. Bu Ja’I tidak
sadar bahwa omongannya maksudnya bercanda tapi waktu ngomongnya pas
"sendekala maghrib" konon pada waktu tersebut banyak berbagai jenis
lelembut pada keluar dari sarangnya.
Setelah buka puasa dan
istirahat, semua karyawan kembali bekerja lembur, namuun Bu Ja’I dan kedua
rekannya sebut saja namanya darmi dan darsun pamit kepada bu Haji kalau mereka
mau ijin pulang lebih awal.
Karena mereka pulang
duluan, otomatis mereka pulang dengan kendaraan umum. Ketika mereka bertiga
keluar dari pintu pabrik, didepan sudah ada angkot yang sedang ngetem menunggu
penumpang.
Angkotnya namanya GP
jurusan Gunung sari-plered. Buja’I dan Darmi berdiri menunggu disamping angkot
sedang warsun pamit sebentar mau menukar uang ditoko seberang jalan. Setelah
warsun selesai menukar uang, diapun menuju ketempat BuJa’I dan Darmi berdiri.
Bu Ja’I dan Darmi segera
mengajak warsun naik angkot. Namun warsun menolak, karena menurut warsun angkot
tersebut tidak ada sopirnya. Anehnya menurut buJa’I dan darmi angkot itu ada
sopirnya! Karena warsun nggak mau debat, dia akhirnya menurut ikutan naik
angkot tersebut. Mereka bertiga menaiki angkot dan angkot segera melaju.
Anehnya tidak terdengar
suara mesin mobil tapi angkot terasa bergerak. Mereka bertiga asik ngobrol
tanpa peduli bahwa angkot yang dinaiki adalah angkot lelembut atau angkot
hantu!! Hiiii…! Beberapa saat kemudian angkot berhenti dan menaikan dua
penumpang.
Menurut bu Ja’I
penumpang tersebut layaknya dua mahasiswi, anehnya penumpang tersebut memakai
rok panjang berwarna putih dan berambut panjang sampai menutupi wajahnya.
Angkot kembali bergerak,
pemandangan di luar kaca jendela serasa aneh!! Hanya gelap gulita dan sesekali
terlihat bayangan-bayangan putih serta tidak terdengar suara hiruk-pikuk dan
klakson dari kendaraan lain.
Warsun dan Darmi masih
agak sadar mereka berdua berpegangan tangan, sementara buja’I matanya terus
memandangi dua penumpang misterius. Darmi dan warsun saling pandang dan
berbisik "kok aneh, angkotnya seperti melayang bukan melaju layaknya
mobil."
Darmi menjawab
"iya..ya! perasaan juga nih angkot lama benar, dari tadi nggak
nyampe-nyampe" Reflek warsun nyebut "La Illa ha Illallah"
Tiba-tiba angkot berhenti di depan pasar plered dan sudah banyak pedagang yang
sedang menggelar lapak dagangannya, pertanda hari sudah pagi (sekitar jam empat
subuh).
Padahal jarak dari
pabrik ke pasar plered cuma sekitar dua kilometer. Warsun dan darmi segera
turun dari angkot, tapi bu ja’I malah lemas lunglai dan enggan turun. Buru-buru
warsun dan darmi menarik bu Ja’I dan memapah buja’I menjauh dari angkot
tersebut.
Segera mereka bertiga
naik becak dan pulang kecangkring. Selama tiga hari tiga malam, BuJa’I masih
juga belum sadar. BuJa’I terlihat seperti orang linglung dan tidak mengenali
dirinya sendiri.
Pihak keluarga BuJa’I
segera memanggil Pak Kyai, setelah di doain dan disuruh minum air putih, BuJa’I
pelan-pelan mulai sadar. Dan setelah sadar baru buJa’I menangis dan seluruh
keluargapun ikut menangis terharu. Karena kalau saja waktu naik angkot warsun tidak
menyebut nama Allah, mungkin ketiganya sudah berpindah kealam lain.
0 komentar:
Posting Komentar